Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Belajar Menanti yang Elegan dari Hanum Salsabiela Rais

oleh Siti Mulyani Sekilas kita lihat, kehidupan seorang anak Mantan Ketua MPR RI ini tidak begitu memilukan. Ia dikaruniai orangtua yang cerdas, yang mampu mengarahkan hidupnya, di sampingnya ada sosok suami yang setia bersamanya. Namun ternyata baginya itu belum sempurna, karena belum ada kehadiran seorang anak. Dalam launcing bukunya yang ke-enam, Hanum menyingkap perjuangan dalam sebuah penantian. Dengan penuh haru, ia mengungkapkan bahwa Sarahza adalah hasil dari sebuah penantian yang panjang. 11 tahun ia menanti, mendambakan seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri untuk kemudian ia ajarkan wawasan pengetahuan tentang peradaban Islam. Dalam 11 tahun itu, ia tidak serta merta berdiam diri memasrahkan kehendak Robbnya. Ia berjuang untuk mewujudkan impian mulia, dan merealisasikan penantian yang selama ini ia dambakan. Hanum berdo'a tiada henti, meminta agar Robbnya mengabulkan apa yang ia inginkan. Dia tidak sendiri, ada orang terdekat yang turut serta memanjatkan

Amin Rais Tonjolkan Jiwa Spiritual di Islamic Book Fair 2018 Senayan

Gambar
oleh Siti Mulyani Jakarta, 20 April 2018, Islamic Book Fair 2018 menghadirkan Mantan Ketua MPR, Amin Rais, dalam rangka Launching dan Bedah Novel terbaru karya putrinya, yang berjudul I Am Sarahza.Acara yang berlangsung di Jakarta Convention Center Hall dari pukul 10.00 WIB itu ramai didominasi oleh para siswi dari berbagai sekolah, guru, beserta masyarakat berbagai kalangan.  Mantan Ketua MPR menyatakan bahwa do'a adalah sumber kekuatan bagi kita umat Islam untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.Hal itulah yang ditanamkan kepada putri berpakaian nuansa gold di sampingnya. Ia adalah satu dari 5 anaknya yang memiliki keinginan mulia, namun tidak mudah dicapai, yang kemudian proses pencapaiannya itu ia tuliskan dalam novelnya I Am Sarahza. "Allah itu Maha Penyayang. Keinginan mulia itu tidak mudah dicapai, mesti melalui proses panjang dibarengi dengan doa dan usaha." begitu tuturnya Kekuatan berdo'a yang ia tanamkan pada anaknya, Hanum Salsabiela Rais, ternyata bukan

Ada Apa di Balik Dilan?

oleh Siti Mulyani Dilan memang hebat, namanya berhasil mengguncangkan media. Siapa yang tak kenal dengan Dilan, anak remaja 90-an yang kisahnya tertulis dalam novel karya Pidi Baiq, 25 Januari ini novel itu diangkat ke dunia perfilman. Banyak komentar miring sebagai tanggapan atas film ini, khususnya komentar dari para aktifis muslim. Saya muslim, saya menonton film ini justru di malam hari pertama film ini tayang. Awalnya, saya memang ragu, karena jujur, saya bukan penikmat novel, saya belum membaca novelnya, yang saya dengar dari pembaca, kisah Dilan ini hanya menceritakan romantisme anak remaja SMA. Saya memang sempat berfikir, apakah saya berdosa jika menonton film ini, karena secara tidak langsung, saya mendukung maraknya perzinahan, namun kembali saya arahkan niat hati ini, saya menonton hanya untuk mengisi kekosongan saja, kebetulan hari itu hari libur, saya menonton sebagai alumni sastra yang perlu tahu perkembangan dunia sastra yang sedang fenomenal, itu saja. Lagi

Anak Jalanan vs Anak Jabatan

oleh Siti Mulyani Indonesia merupakan negara yang kaya raya, namun menduduki posisi negara miskin dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Ciri kemiskinan itu sangat menonjol dengan banyaknya anak yang berkeliaran di jalanan. Anak-anak tersebut biasa disapa dengan anak jalanan. Menurut para ilmuwan, ada beberapa kategori anak jalanan, diantaranya adalah anak jalanan yang masih memiliki keluarga dan hanya berada di jalanan pada waktu-waktu tertentu, serta anak jalanan yang sudah tidak memiliki keluarga dan menghabiskan seluruh atau sebagian waktunya di jalanan. Kategori anak jalanan yang pertama adalah dampak dari perekonomian keluarga yang minim, sehingga anak yang dalam peran keluarga seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak pun ikut serta dalam bertanggung jawab atas kebutuhan dirinya sendiri beserta anggota keluarga lainnya. Tidak jauh berbeda halnya dengan kategori anak jalanan yang kedua, mereka tidak mendapatkan hak yang penuh sebagai seorang anak. Kewajiban

Urgensi Peran Keluarga dalam Mendidik Anak

oleh Siti Mulyani             Dijelaskan dalam kitab " Ruuhut-Tarbiyati Wat-Ta'liimi " yang diringkas dari Muhammad 'Athiyyatul Abrasyi, bahwa pendidikan merupakan suatu proses pemengaruhan terhadap anak dengan segala bentuk pengaruh yang sengaja dipilih guna membantu anak dalam menumbuhkembangkan fisik, akal, serta akhlaknya. Salah satu pengaruh yang sengaja dipilih untuk menumbuhkembangkan ketiga objek tesrsebut adalah al-bii-ah al-manziliyyah (lingkungan rumah). Yang mana telah kita ketahui bahwa di dalam rumah pasti terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Masing-masing dari setiap anggota keluarga itu memiliki peran tersendiri. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga sebagai pendidik serta pelindung. Sedangkan ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik; yang biasanya lebih banyak berhadapan langsung dengan anak. Adapun peran anak sebagai anggota keluar