Belajar Menanti yang Elegan dari Hanum Salsabiela Rais

oleh Siti Mulyani

Sekilas kita lihat, kehidupan seorang anak Mantan Ketua MPR RI ini tidak begitu memilukan. Ia dikaruniai orangtua yang cerdas, yang mampu mengarahkan hidupnya, di sampingnya ada sosok suami yang setia bersamanya. Namun ternyata baginya itu belum sempurna, karena belum ada kehadiran seorang anak.

Dalam launcing bukunya yang ke-enam, Hanum menyingkap perjuangan dalam sebuah penantian. Dengan penuh haru, ia mengungkapkan bahwa Sarahza adalah hasil dari sebuah penantian yang panjang. 11 tahun ia menanti, mendambakan seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri untuk kemudian ia ajarkan wawasan pengetahuan tentang peradaban Islam.

Dalam 11 tahun itu, ia tidak serta merta berdiam diri memasrahkan kehendak Robbnya. Ia berjuang untuk mewujudkan impian mulia, dan merealisasikan penantian yang selama ini ia dambakan. Hanum berdo'a tiada henti, meminta agar Robbnya mengabulkan apa yang ia inginkan. Dia tidak sendiri, ada orang terdekat yang turut serta memanjatkan do'a yang sama untuknya, suami dan orangtuanya. Mereka melangitkan do'a yang sama kepada penduduk langit.

Setelah 9 tahun usia pernikahannya, do'a itu didengar dan dikabulkan oleh penduduk langit. Namun ia masih dituntut untuk bersabar. Karena janin yang menjadi impiannya selama itu tidak berkembang.

Kehancuran sudah barang tentu terselubung di dalam dirinya. Namun apa yang ia lakukan saat ia hancur? Beberapa saat, kita memang perlu istirahat sejenak untuk mengumpulkan energi saat kita merasa hancur. Setelah energi itu terkumpul kembali, kita harus menegakkan badan kembali, lalu kemudian bangkit lagi, berdo'a lagi, berusaha lagi, begitu seterusnya. Itulah yang dilakukan oleh Hanum.

Peran orang terdekat dalam masa pengumpulan energi sangatlah berpengaruh. Karena saat kita merasa hancur, artinya stok energi yang ada dalam diri kita sedang terkuras alias tidak ada. Oleh karena itu, dibutuhkan energi dari luar diri kita, salah satunya dari orang-orang terdekat kita.

Orang terdekat Hanum tidak lain adalah suami dan orangtuanya. Mereka meyakinkan Hanum bahwa dia masih punya kesempatan untuk menghasilkan keturunan. Bukti dari kesempatan itu adalah kehamilan pertamanya meski janin tidak berkembang. Dan bukti pengaruh dari dorongan orang terdekat itu adalah kemauan Hanum untuk terus berusaha sampai ia melahirkan seorang putri bernama Sarahza yang kemudian ia abadikan di dalam karyanya.

Setiap kita adalah penanti. Semoga cara menanti yang elegan ala Hanum Salsabiela Rais based on memoar ini bisa mendorong semangat kita dalam menanti dan berjuang ketika gagal dalam hal apapun.

Jakarta Convention Center, 20 April 2018.
*sumber: rekaman langsung dalam launching dan bedah Novel I Am Sarahza.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ziaroh ke Makam Raden Ayu Siti Khadijah di Bali

Bagaimana Penulisan Minal 'Aidin yang Benar?

Manuskrip "Bahjatul 'Ulum" Warisan Budaya Bangsa