Analogi Jodoh

Bagi saya, jodoh itu kayak barang langka, saya hampir menyerah untuk mencarinya.

Jadi ingat dulu ketika mencari manuskrip, barang langka berupa naskah yang harus berusia minimal 50 tahun sebelum masa yang sedang dilalui. Pencarian manuskrip ini adalah tugas akhir dari mata kuliah filologi. Mahasiswa yang sudah mendapatkan manuskrip, diminta untuk mendeskripsikannya. Dosen memastikan hal ini di setiap pertemuan, dengan memanggil mahasiswa satu per satu ke depan menghadap beliau. Hampir seluruh mahasiswa sudah memegang manuskrip bahkan ada yang mulai menyusun deskripsi, kecuali saya. Saya maju dengan tangan kosong, belum ada manuskrip apalagi deskripsi. Saya kesulitan mencari manuskrip. Dosen ybs tidak mau tahu, bagaimanapun caranya, manuskrip harus sudah saya genggam di pertemuan berikutnya. Kalau tidak, ketegasan beliau bisa-bisa menghapuskan nama saya dari list lolos pada mata kuliah filologi di semester tujuh. Gak kebayang, kalau tidak lolos, artinya ikutan SP di semester depan. Kapan wisudanya? 

Walhasil, setelah nanya sana-sini, alhamdulilah saya menerima informasi keberadaan manuskrip. Tidak jauh, sepupu sendiri yang jaraknya hanya pada kisaran 3 km saja. Saat itu ada dua manuskrip; satu berbahan kertas folio bergaris, satu lagi berbahan kertas yang lebih tebal dan terlihat lebih kuno. Saya ambil manuskrip yang lebih tebal. Dalam pikiran saya, pasti dosen saya senang melihat manuskrip ini karena kekunoannya. Anggap saja itu adalah cara saya menebus keterlambatan dalam mengumpulkan manuskrip, meski beliau tidak mengatakan terlambat. Saya bilang terlambat, karena teman-teman saya sudah lebih dahulu memegang manuskrip. Sedangkan, waktu yang ditentukan masih ada, meski hanya beberapa hari lagi. Hanya saja saya menginisiasi untuk mencari dan menemukan lebih cepat agar tidak mepet deadline dan ada waktu untuk pembuatan serta perbaikan deskripsi.

Tanpa disangka, ternyata manuskrip yang saat itu saya temui lebih akhir dibandingkan dari teman-teman yang lain, menjadi manuskrip yang selalu membersamai saya dalam beberapa waktu, serta membantu memudahkan saya dalam kelulusan kuliah. Manuskrip itu menjadi objek penelitian saya dalam skripsi. Allah memberikan hidayah-Nya dengan sangat mudah, segala kemudahan dalam penyusunan skripsi itu saya dapatkan atas izin-Nya, melalui perantara manuskrip.

Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi sekarang dalam hal pencarian. Bedanya, sekarang yang sedang saya cari adalah jodoh. Hampir semua teman saya sudah menemukannya, bersatu dan memiliki keturunan. Saya belum. Pernah berpikir bahwa ini adalah keterlambatan, tapi Allah tidak pernah mengatakan demikian di dalam firman-Nya. Yakin, Allah akan memberikan saya jodoh terbaik sebagaimana manuskrip terbaik yang telah Allah berikan setelah hampir semua teman saya sudah mendapatkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ziaroh ke Makam Raden Ayu Siti Khadijah di Bali

Bagaimana Penulisan Minal 'Aidin yang Benar?

Manuskrip "Bahjatul 'Ulum" Warisan Budaya Bangsa